Penyesalan : Epilog

Suatu hari aku mengenal seseorang. Seseorang yang entah sejak kapan mulai menarik perhatianku.
Yang dengan melihat wajahnya saja sanggup membuat hatiku bergetar...
Yang dengan seluruh perhatian yang ia curahkan sanggup membuatku merasa menjadi wanita seutuhnya...
Aku belum pernah merasakan perasaan ini sebelumnya.
Jadi, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan..
Tapi.. aku ingin mengenalnya lebih jauh. Aku seperti menemukan sesuatu yang telah aku cari selama ini. Siapakah dia? Dapatkah takdir membawa diriku padanya? Ataukah selamanya dia hanya menjadi tokoh figuran di perjalanan hidupku ini?
Tuhan, dapatkah aku bersamanya? Tuhan izinkan aku sekali ini saja...
Izinkan aku meraihnya.. izinkan diriku menggenggam erat jemarinya yang telah memberikanku kekuatan untuk sanggup bertahan dengan semua badai kehidupan yang kulalui..

 ***

Aku mengenalnya berawal dari salah satu situs Jejaring Social yang aku miliki. Pada awalnya aku tidak mengenal dirinya melainkan temannya, Ari. Selama ini aku hanya berinteraksi dengan Ari lewat dunia maya. Entah bagaimana aku bisa berkenalan dengannya tapi yang pasti aku berterimakasih dengan perkenalan yang tanpa disengaja ini telah membawaku mengenal seseorang itu.
Aku menganggap Ari adalah teman bercerita saat aku merasa jenuh dengan rutinitasku. Dia baik dan mau mendengar segala celotehanku yang sebenarnya tidak begitu penting baginya.
Namun belakangan interaksiku dengan Ari semakin jarang, tidak seperti di awal perkenalan. Dulu, hampir setiap saat muncul notification darinya tanda bahwa dia telah membalas pesan terakhir dariku. Sekarang hanya beberapa kali aku chatting dengannya, hanya sekadar menyapa dan bertukar kabar. Masuknya Ari dalam kehidupanku memang tidak terlalu membawa dampak yang berarti untukku. Namun aku seperti tidak ingin kehilangan teman bercerita saat itu.
Beberapa hari kemudian aku mengganti foto profil-ku. Entahlah, aku hanya merasa sedang jenuh dengan semuanya. Jadi aku rasa dengan mengganti foto profil-ku akan sedikit merubah mood ku yang sedang tidak bagus..
Aku ingin sekali bertemu teman-temanku saat ini, aku ingin bercerita tentang semua hal yang sedang aku rasakan. Tapi, sebuah jarak membentang diantara kita. Saat ini aku tinggal di sebuah kota di Jawa Timur, kota yang cukup indah untukku. Aku sangat menikmati kehidupanku disini. Tentunya jika teman-temanku ada disini akan terasa sempurna keindahannya. Aku merindukan mereka.. Aku merindukan 5 perempuan ini yang sudah seperti keluarga bagiku. Mereka yang akan selalu mengerti akan semua keluh kesahku. Ya, perjalanan hidupku memang tidak mudah, karena itu aku bersyukur telah mengenal mereka.

                                                                              ***
Hari terus berganti. Tanpa aku sadari, hubunganku dengan Ari sudah tidak seperti saat awal aku mengenalnya. Aku memang menikmati masa-masa perkenalanku dengannya, tapi semakin lama ada hal berbeda yang aku rasakan. Selama ini aku menganggapnya sebagai teman penghibur dikala kesedihan sedang menghampiriku. Aku tidak berharap lebih akan hubungan ini, yang aku rasakan hanya bahwa Ari lah yang saat ini menggantikan teman-temanku yang jauh disana.
Tapi, samakah pemikirannya denganku? Atau mungkin aku tidak memiliki arti khusus untuk dirinya, semacam kehadiranku hanya seperti angin lewat dalam hidupnya.
Pada awalnya aku tidak peduli dengan semua pemikirannya tentang diriku. Tapi, ada sesuatu yang membuatku terkejut, dan bahkan tidak pernah aku sangka.
'Ari menyatakan cintanya padaku'...

Hal pertama yang ada di benakku adalah, bagaimana mungkin dia menyukaiku? Bertemu dan bertatap muka saja tidak pernah, bagaimana mungkin dia dapat merasakan perasaan sayang dan cinta hanya dengan percakapan singkat di Media Social.
Yang terfikirkan olehku adalah apa mungkin kenyamanan yang tercipta dengan sebuah kata-kata dalam bingkai dunia maya mampu bertahan dengan pertemuan yang akan mempengaruhi segalanya?
Bagaimana seandainya saat aku memutuskan untuk menjatuhkan pilihanku pada dirinya, saat kita bertemu untuk pertama kalinya, dia tidak menyukai fisikku..
Ya,, aku memang tidak cantik, aku tidak menarik seperti wanita diluar sana. Tidak ada yang bisa aku banggakan dengan diriku yang seperti ini. Akankah dia tetap dengan pendiriannya untuk memilihku dan mempertahankanku?
Namun aku tidak ingin hanya menerka-nerka saja, aku tidak suka berangan-angan. Dan juga, aku tidak suka membuat diriku berharap untuk sesuatu yang aku tahu mungkin dapat menyakiti perasaan dan hatiku.

Aku bingung, dan tidak tau bagaimana cara memutuskan hubungan ini akan dibawa kemana.. Dari awal aku mengenalnya aku tidak pernah berharap akan bertemu dengan saat-saat seperti ini. Hingga membuatku takut bahwa keputusanku akan melukai orang lain. Selama ini hatiku hanya merasa nyaman dengan bercerita tentang semua hal yang ingin aku ceritakan padanya. Namun cukupkah perasaan itu sebagai alasan bahwa aku juga mencintainya?
Jadi, apa yang seharusnya aku lakukan?? Aku tidak tahu harus berkata apa padanya..
Tuhan.. bisakah aku mengambil keputusan yang tidak akan pernah kusesali nantinya, bantu aku tuhan..

                                                                              ***
Tidak ingin berlama-lama dalam kegelisahanku, akhirnya aku memutuskan untuk memberikan jawaban atas pernyataan cinta Ari padaku. Aku memutuskan untuk tidak membawa hubungan ini lebih jauh lagi. Aku masih tidak yakin dengan perasaanku, tidak, bukan karena ketidakyakinanku melainkan aku takut akan melukainya seandainya aku bukanlah wanita seperti yang dia bayangkan. Aku hanya memposisikan diriku dengan semestinya.. 'Maafkan aku Ari, atas sikap pengecut yang dengan sangat menyesal harus aku lakukan terhadapmu'.
Mungkin sudah seharusnya Ari membenciku karena sejak aku menolak cintanya, beberapa kali dia mengajakku untuk bertatap muka selalu kutolak dengan berbagai alasan yang aku buat. Aku belum cukup percaya diri untuk bertemu orang yang pernah memberikan hatinya padaku. Aku memang seperti ini, perempuan yang tidak punya kepercayaan diri untuk memulai hubungan dengan lawan jenis. Aku hanya merasa semua pria didunia ini sama saja, mereka menyukai seorang wanita berawal dengan ketertarikan secara fisik. Setiap wanita cantik akan selalu mendapatkan perhatian dari pria-pria di sekitarnya. Dan itu yang membuatku selalu mundur untuk berkenalan dengan seorang pria. Jika dibandingkan dengan teman-temanku, aku hanyalah si itik buruk rupa. Aku tidak secantik dan semanis mereka.
Seringkali mereka yang lebih mendapat perhatian jika kita sedang menghabiskan waktu bersama. Bahkan, seringkali datang pria yang masuk ke kehidupanku , hanya untuk bisa dekat dengan salah satu dari teman-temanku. Begitu tidak berartinyakah aku? Aku pun ingin merasakan kebahagia memiliki orang yang mencurahkan perhatiannya padaku, tak peduli bagaimana keadaanku.

Saat aku merasa segala yang datang padaku atas nama cinta hanyalah semu, dan tak dapat aku rasakan dengan kesadaranku sebagai seorang wanita seutuhnya. Dia datang dalam hidupku, memberi warna , membawa cahaya, dan meyebarkan beribu-ribu bunga indah yang bermekaran dalam hatiku..
Kehadirannya lebih kuat dari yang aku rasakan sebelumnya, cintanya begitu nyata, begitu tulus hingga aku semakin takut mengecewakannya. Namun cinta membuatku lupa bagaimana aku harus bersikap. Seketika aku lupa bagaimana berfikir kedepan, yang ku tau saat ini aku jatuh cinta kepadanya. Dari cara dia bersikap kepadaku, membuatku merasa jatuh terlalu dalam di permainan hatiku sendiri. Tanpa ku sadari, aku membuka diri dan memberinya celah untuk masuk ke dalam kehidupanku. Dan kini aku semakin dan semakin menggilainya, hingga aku lupa dengan satu hal penting yang mendasari suatu hubungan yaitu.. "Kejujuran".

Komentar

  1. Yaudah cha.. Buruan dibikin novel biar sri gak pegel bacanya... :D :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe.. kalau bagus nanti di lanjutin deh ya blo.. :D

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer